Puisi Keindahan Tanah Papua Beserta Pencitraannya
Keindahan Tanah Papua
Karya: Veronica Rose
Gunawan
Burung Cendrawasih
berkicau merdu
Di tanah Papua di mana
segalanya baru
Sio, tanah Papua kau membuatku
terpaku
Membuat dunia serasa
miliku
Angin kian berdesir di
pegunungan Sriwijaya
Bunga api merah kian
melambai-lambai
Tanah Papua nan aduhai
Flora dan Fauna engkau sungguh
kaya raya
Kagum tak sanggup kupendam
Kubuka lembar hari siang
dan malam
Pesona Papua jangan pernah
padam
Papua, intan permata pencipta
alam
- Isi Puisi :
Puisi
ini menjelaskan keindahan tanah Papua yang terletak di Indonesia bagian timur.
Puisi menyebutkan beberapa hal yang menjadi khas provinsi Papua seperti burung
Cendrawasih sebagai fauna khas Papua (Bait 1, Larik 1), Pegunungan eksotis
Sriwijaya (Bait 2, Larik 1), Flora khas Papua yakni bunga api (Bait 2, Larik 2)
. Selain menjelaskan keindahan tanah Papua dalam bentuk yang singkat, puisi ini
juga memuji tanah Papua yang merupakan karya Tuhan Yang Maha Kuasa yang
terbukti pada kutipan “ Papua, intan
permata pencipta alam “.
- Pencitraan:
“Burung Cendrawasih berkicau merdu” (Bait 1, Larik 1)
·
Pencitraan
yang digunakan pada larik ini adalah pencitraan pendengaran yang ditandai
dengan kata “merdu”. merdu Ini merupakan suatu rangsangan yang diterima oleh
telinga.
“Di tanah Papua di mana segalanya baru” (Bait 1, Larik 2)
·
Pencitraan
yang digunakan pada larik ini adalah pencitraan intelektual yang ditandai
dengan kata “baru”. Kata “baru” ini berasal dari gagasan (ide) penulis yang
tercipta melalui asosiasi intelektual. Persepsi tokoh “aku” yang menyatakan bahwa
segalanya baru itu tercipta dari gagasan yang muncul pada pikirannya.
“Sio, tanah Papua kau membuatku terpaku” (Bait 1, Larik 3)
·
Di
dalam larik tersebut, pencitraan yang digunakan adalah pencitraan kinestik yang
dibuktikan dengan kata “terpaku” yang berarti tak bergerak dan fokus kepada
alam raya tanah Papua.
“ Membuat dunia serasa miliku “ (Bait 1, Larik 4)
·
Dalam
larik ini, pencitraan yang digunakan ialah pencitraan intelektual yang
ditunjukan ayan-ayan tokoh “aku” merasakan seperti dunia miliknya.
“Angin kian berdesir di pegunungan Sriwijaya” (Bait 2, Larik 1)
·
Dalam
larik ini, pencitraan yang digunakan adalah pencitraan pendengaran. Kata
berdesir menurut KBBI berarti mengeluarkan bunyi seperti bunyi pasir tertiup
angin. Bunyi ini diterima oleh indra pendengaran manusia yakni telinga.
“ Bunga api merah kian melambai-lambai “ (Bait 2, Larik 2)
·
Dalam
larik ini, pencitraan yang digunakan adalah pencitraan penglihatan. Warna merah
pada bunga api menjadi indikasi bahwa larik tersebut menggunakan pencitraan
penglihatan.
·
Selain
pencitraan penglihatan, pencitraan yang digunakan adalah pencitraan kinestik
yang ditandai dengan kata “melambai”. Melambai ini menjadi gerakan yang
dihasilkan oleh bunga api.
“ Tanah Papua nan aduhai “ (Bait 2, Larik 3)
·
Pencitraan
yang digunakan adalah pencitraan penglihatan. “aduhai” merupakan kata yang
menandai bahwa larik tersebut menggunakan pencitraan penglihatan. Aduhai
merupakan sifat fisik yang dilihat menggunakan mata.
“ Flora dan Fauna engkau sungguh kaya raya “ (Bait 2, Larik 4)
·
Pencitraan
yang digunakan adalah pencitraan penglihatan. Flora dan Fauna yang memiliki
kekayaan yang melimpah ini dilihat langsung oleh mata manusia.
“ Kagum tak sanggup kupendam “ (Bait 3, Larik 1)
·
Pencitraan
yang digunakan adalah pencitraan perasaan yang ditandai dengan kata “kagum”.
Tokoh “aku” dalam puisi ini tak sanggup menyembunyikan perasaan kagum terhadap
alam raya Papua yang indah.
·
Selain
pencitraan perasaan, pencitraan yang digunakan juga pencitraan kinestik.
Menurut KBBI, pendam berarti menanam (untuk menyembunyikan sesuatu dan
sebagainya).
“ Kubuka lembar hari siang dan malam “ (Bait 3, Larik 2)
·
Pencitraan
yang digunakan ialah pencitraan kinestik yang ditandai dengan kata “kubuka”
yang dilakukan dengan gerakan membuka.
“ Pesona Papua jangan pernah padam “ (Bait 3, Larik 3)
·
Pencitraan
yang digunakan ialah pencitraan penglihatan yang ditandai dengan kata “pesona”
dan “padam”. Pesona dan padam adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dengan
mata. Dalam larik ini, penulis mengharapkan agar keindahan tanah Papua tak
pernah lenyap.
“ Papua, intan permata pencipta alam “ (Bait 3, Larik 4)
·
Pencitraan
yang digunakan adalah pencitraan penglihatan yang ditandai dengan dua kata
“intan permata”. Papua yang seindah intan permata ini disaksikan langsung dengan
indra penglihatan yakni mata.
luar biasa puisinya. tuhan memberkati
BalasHapus