Pemain dan Penulis "Hidup"

Jarum pada jam terus berputar dan berputar baik saat kita mau ataupun tidak. Apa yang didambakan manusia tak selalu bisa dimiliki manusia itu. Apa yang manusia tak inginkan kadang terjadi atau bahkan sering. Dunia berputar tak hanya untuk seorang. Dunia tak mungkin berhenti sesaat agar seorang manusia tak celaka. Maka, manusia dituntut berpacu dengan waktu serta terus maju ke depan dan tidak terus tinggal di masa lalu saat arus waktu terus mengalir dan mengalir.

Pernah berpikir bagaimana hidup tak pernah sesuai keinginan kita? Ya, tentu. Sudah normalnya manusia mengalami hal seperti itu. Kehidupan itu seperti game. Ada waktunya kita untuk kalah ataupun menang. Supaya hidup itu seru, kita harus berniat menjalaninya sama seperti berniat main game. Menang atau tidak tergantung pada kita saja. Apakah kita bisa memusnahkan rintangan seperti memusnahkan musuh dalam game. Memang tidak selalu menang. Sudah normalnya begitu. Kekalahan selalu memberi pelajaran agar kesuksesan yang lebih gemilang dapat kita capai. Contohnya saat anda bermain game, anda menerobos begitu saja ke benteng pertahanan musuh. Gara-gara menerobos tanpa taktik, anda disergap musuh sampai mati. Nah, dari kekalahan ini, anda bisa mempelajari bahwa gak boleh langsung menerobos tanpa taktil yang jelas. Mungkin anda bisa menyerang dari jalan bawah tanah ataupun memanah musuh saja. Ya, semua itu tergantung masing-masing pemain. Kesimpulannya, saya adalah pemain dari game bernama hidup saya. Sama seperti pembaca sekalian. Pembaca sekalian adalah pemain dari hidup pembaca masing-masing

Penulis komik atau cerita adalah penentu ending dari suatu cerita. Nah, pembaca sekalian, kami adalah penulis cerita kami masing-masing. Andaikata kami membaca cerita karangan seseorang, kita gak mungkin bisa mengubah ending cerita dari pengarangnya yang asli. Tapi kita? Kitalah penulis cerita kita. Kitalah yang menentukan ending cerita kita masing-masing. Kita sendirilah penentu ending. Walau gak bisa menentukan awal, kamilah yang memegang kunci menuju ending yang baik. Jadi, bagi yang orangtuanya miskin, kalian tidak melakukan kesalahan kok. Tapi yang mati dalam keadaan miskin, itu salah kalian. Setidaknya jalani kehidupan yang baik dan berakhlak. Kalo orangtua kalian gak berakhlak, itu bukan salah kalian. Tapi, kalo sampe kalian yang nggak berakhlak sampe mabuk-mabukan, itu murni salah kalian. Jangan buang ending yang baik itu ke dalam kegelapan duniawi. Sungguh, the future is waiting for us. Jangan menyerah atau terlena dengan material duniawi yang membodohi anda sehingga merusak masa depan.

Ingatlah, kita penulis yang menentukan ending cerita kami. Chase the future that is waiting for us. We shall write the ending of our own life-stories. The future is waiting for us. Embrace your dreams. See you at my next posting. Thanks for reading.




Komentar

Postingan Populer