Dirty

          Pada pagi ini, kubangun dengan mata yang letih. Masih saja kurasakan lelah pada tubuhku yang telah beristirahat selama delapan jam lamanya. Dengan kedua mataku yang sayup, kulihat di hadapanku sebuah dunia berwarna monokrom. Cahaya pagi yang kejam dilukiskan dengan warna hitam yang memusingkan kepalaku.  

          Entah mengapa, kusimpulkan dunia ini adalah tipuan belaka. Percuma, tidak ada jalan untuk kembali ke belakang. Kupijak kaki terhadap semua impian. Sekarang, dengan kedua mata ini, kusaksikan rekaman yang penuh dengan keputusasaan terulang terus  dan menerus. Sebuah jarum jam berputar lagi, membuatku luntur ke dalam dunia berwarna hitam imitasi. Entah tawa, entah tangisan yang tersisa dalam diri.

          Sebuah rekaman keputusaan terus berputar tanpa akhir, bersama dengan perasaanku yang luntur seiring waktu. Entah apakah aku harus menyerah, entah aku harus melanjutkan. Seperti boneka rusak dalam pertunjukan, drama kehidupan tetap berjalan walau kehancuran mengejar dari belakang. Dengan menyembunyikan segala kebohongan dengan sebuah senyuman, dunia telah tertipu. Dunia tanpa tawa, tanpa air mata. Dunia telah tercemar oleh kupu-kupu yang najis.

          Cukup sudah, tak ada waktu kembali ke masa lalu. Walau perasaan terus meluntur bersama waktu yang berlalu, tidak ada waktu untuk mengeluh. Seperti boneka rusak dalam pertunjukan, drama ini harus terus berjalan. Walau kehancuran menanti seperti yang ditunjukan oleh rekaman keputusaan yang tak kunjung berhenti. Kuberlari dan berlari, saat klimaks akhirnya tercapai. Dengan kedua tanganku, kuhancurkan takdir gelap itu, rekaman keputusaan itu. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer